Di suatu zaman, di mana barang komoditi mereka adalah mengamalkan ketaatan dan menyimpan amal-amal yang kekal lagi baik. Di zaman tersebut hiduplah kebanggan wanita tabi'in, Hafshah binti Sirin rahimahallah.
Saudaranya, Muhammad bin Sirin rahimahullah merupakan tokoh dalam keilmuan, sifat wara', dan ibadah.
Hafshah rahimahallah
terdidik di dalam rumah yang penuh dengan semerbak wangi keimanan dan
dikelilingi oleh lingkaran cahaya yang unik dari hembusan wanginya abad yang
bersih itu.
Dia telah mempelajari al-Qur'an ketika berusia 12 tahun dan bacaanya terhadap al-Qur'an bukanlah bacaan yang biasa, tapi bacaan seorang wanita yang paham, cerdas, mengerti apa yang ia baca dan mengamlkan apa yang dibacanya.
Sungguh menakjubkan apa yang dilakukan saudaranya, Muhammad bin Sirin rahimullah, meski ia seorang tokoh yang dikenal keilmuan dan pengalaman ilmunya, namun bila dia mendapatkan kesulitan dalam bacaan al-Qur'an, maka dia berkata, "Pergilah kepada Hafshah, lalu tanyakan kepadanya bagaimana dia membacanya."
Ashim al-Ahwal rahimahullah menceritakan tentang sifat wara' Hafshah rahimahallah, Ashim berkata, "Kami datang kepada Hafshah binti Sirin, sedang dia memakai jilbabnya dan memakai niqab pada wajahnya, lalu kami berkata kepadanya, semoga Allah merahmatimu, Allah berfirman,
...وَٱلْقَوَٰعِدُ مِنَ ٱلنِّسَآءِ ٱلَّٰتِى لَا
يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ
غَيْرَ مُتَبَرِّجَٰتٍۭ بِزِينَةٍ
Dan para perempuan tua
yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak berhasrat menikah
(lagi), maka tidak ada dosa atasnya menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan
tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan... (An-Nur: 60)
bersambung, insyaAllah...
Komentar
Posting Komentar